Kampung Naga

Kampung ini berlokasi di wilayah Neglasari,Kabupaten Tasikmalaya-Jawa Barat. Merupakan suatu perkampungan yang di huni oleh sekelompok masyarakat yang sangat kuat dalam memegang adat istiadat peninggalan leluhurnya.Dalam hal ini adalah adat Sunda. Seperti permukiman Badui, Kampung Naga menjadi obyek kajian antropologi mengenai kehidupan masyarakat Sunda pada masa peralihan pengaruh Hindu menuju pengaruh Islam di Jawa Barat.



Kampung Naga merupakan sebuah kampung adat yang masih lestari. Masyarakatnya masih memegang adat tradisi nenek moyang mereka. Mereka menolak intervensi dari pihak luar jika hal itu mencampuri dan merusak kelestarian kampung tersebut. Namun, asal mula kampung ini sendiri tidak memiliki titik terang. Tak ada kejelasan sejarah, kapan dan siapa pendiri serta apa yang melatarbelakangi terbentuknya kampung dengan budaya yang masih kuat ini. Warga kampung Naga sendiri menyebut sejarah kampungnya dengan istilah "Pareum Obor". Pareum jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, yaitu mati, gelap. Dan obor itu sendiri berarti penerangan, cahaya, lampu. Jika diterjemahkan secara singkat yaitu, Matinya penerangan. Hal ini berkaitan dengan sejarah kampung naga itu sendiri. Mereka tidak mengetahui asal usul kampungnya.



Adapun beberapa versi sejarah yang diceritakan oleh beberapa sumber diantaranya, pada masa kewalian Syeh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, seorang abdinya yang bernama Singaparana ditugasi untuk menyebarkan agama Islam ke sebelah Barat. Kemudian ia sampai ke daerah Neglasari yang sekarang menjadi Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Di tempat tersebut, Singaparana oleh masyarakat Kampung Naga disebut Sembah Dalem Singaparana.

Suatu hari ia mendapat ilapat atau petunjuk harus bersemedi. Dalam persemediannya Singaparana mendapat petunjuk, bahwa ia harus mendiami satu tempat yang sekarang disebut Kampung Naga. Namun masyarakat kampung Naga sendiri tidak meyakini kebenaran versi sejarah tersebut, sebab karena adanya "pareumeun obor" tadi.

Nah Gan ! Itu tadi sedikit paparan tentang Kampung Naga, selengkapnya klik di Sini .
 Tapi ada yang lebih unik dari Kampung Naga, Yaitu semua Bangunan rumah di Kampung Naga semuanya seragam dengan arsitektur yang sama.


Hal ini karena saratnya kepercayaan leluhur termasuk pamali-pamali yang juga mereka wujudkan dalam cara membangun rumah. Rumah yang dibangun wajib berbentuk rumah panggung dengan dinding berupa bilik atau anyaman bambu dan anyaman sasak. Lantainya terbuat dari bambu dan kayu. Sedang atap rumah harus dibuat dari ijuk, alang-alang, atau daun nipah. Rumah hanya boleh menghadap ke utara atau ke selatan. Dinding rumah terlarang dicat, kecuali dikapur atau dimeni. Pada rumah tidak boleh dibangun tembok meski mampu untuk membangunnya. Serta tidak boleh berperabot seperti tempat tidur, meja, dan kursi.

 Pandangan Islam..

Seluruh masyarakat Kampung Naga menganut agama Islam. Namun dalam pelaksanaa rukun Islam ke-5 yakni ibadah haji, menurut mereka boleh diganti dengan menyelenggarakan upacara Hajat Sasih tepat di hari raya haji 10 Dzulhijjah. Maka bagi warga Kampung Naga berhaji tidak harus dengan bertandang ke Mekkah. Upacara Hajat Sasih juga dipercaya sama nilainya dan keutamaannya dengan Idul Fitri dan Idul Adha. Untuk aktifitas mengaji, warga pun mempercayai adanya waktu sakral. Pengajian bagi anak-anak dilaksanakan pada malam Senin dan malam Kamis, sedang untuk orang tua pengajian dilaksanakan pada malam Jumat.

Demikian semoga bermanfaat...

Tidak ada komentar: